Ada tiga kelompok orang yang apabila kehendak kita berbeda dengan mereka dan kebetulan sedang berkepentingan dengan mereka, kita akan kewalahan menghadapi mereka seperti sendirian memindahkan batu besar hanya dengan tangan kosong .

Mereka adalah orang yang upah kerjanya seharian hanya cukup untuk makan keluarga hari ini, orang kerja di rantau yang tak lagi mendapat jaminan hidup yang layak di sana, dan orang yang keyakinan hidupnya sampai pada tingkat "hanya dan karena serta untuk" yang diyakininya.

Saat ini, kelompok orang yang pertama akan tetap berangkat kerja setiap hari. Mereka sulit untuk stay at home dan kerja mereka umumnya sulit dilakukan dengan work from home. Mereka adalah pertaruhan hidup keluarga. Tanpa ada ongkos untuk membuat mereka stay at home, nasihat untuk tetap tinggal di rumah adalah barang mewah yang mereka tahu tak untuk mereka.

Kelompok orang kedua saat ini akan bergerak pulang ke kampung asal, tapi bukan mudik bawa uang untuk menyenangkan keluarga. Mereka pulang karena menyerah dengan situasi. Gerak mereka mirip pengungsi, menuju tempat relatif aman minimal secara ekonomi, menyederhanakan diri, juga mencari sandaran yang sebenarnya tak menjamin pasti, tapi lebih menawarkan penenangan jiwa. Melarang mereka mudik adalah melarang gerak pengungsi.

Kelompok orang ketiga sangat memahami bila orang membodoh-bodohkan diri mereka, tetapi mereka justru memiliki kepastian kepada yang mereka percayai, yang sejak bayi telah berproses di dalam diri mereka. Mereka tetap pergi ke tempat-tempat ibadah dengan menambah ikhtiar yang bisa dilakukan, tetapi mereka sulit untuk tak pergi ke sana. Mereka seperti orang-orang tua kita yang tetap memilih sendirian tinggal di rumah miliknya walau suluruh anaknya telah menawarkan pilihan boyongan ke tempat yang menurutnya lebih menyejahterakan. Mereka telah memilih di antara kekhawatiran-kekhawatiran yang ada.

Saya pikir itu semua bukan soal yang sederhana.